Friday, September 16, 2005

Hati hati naik angkot...


fyi..semoga bermanfaat bagi yg sering pake Mikrolet...Modus kejahatannya adalah sebagai berikut :- Satu kelompok bisa terdiri dari 3-5 orang, denganberrpakaian rapi (terkadang membawa map atau amplopcoklat besar), bisa naik bersamaan ke mikrolet, ataubeberapa orang dahulu lalu disusul temannya yang naikdi tempat berikutnya.- Pertama-tama seorang dari mereka membagikan setumpukBROSUR yang berisi pengobatan gratis kepada penumpang(termasuk teman-2nya sendiri dan calon korbannya.),sambil mengajak berbincang-bincang sebagai pembukaan.
- Orang yang membagikan tersebut, akan meminta calonkorbannya (bisa juga didahului kepada temannya sendiriuntuk pura2 sebagai contoh) untuk MELURUSKAN KAKI-nya,lalu orang tersbut akan berpura2 mediagnosa kaki calonkorbannya dengan mengatakan : "Anda punya penyakitGinjal, Kencing manis, Jantung, dll.".- Kemudian sambil "mendiagnosa" orang tesebut dengancepat MENGGUNCANG-GUNCANGKAN kaki, tangan, dan tubuhcalon korbannya tersebut, sambil terus berkatapenyakit yang macam-macam. Apa yang terjadiselanjutnya calon korban tersebut akan tampak sepertiorang TERHIPNOTIS, sementara teman komplotan orangtersebut yang biasanya duduk di sebelahnya akanmengambil HP atau Dompet si korban tersebut.- Setelah berhasil menjalankan aksinya, kemudiankomplotan tersebut akan turun dari mikrolet. Padatahapan ini ada kalanya seorang dari komplotan merekatidak ikut turun, bahkan berpura-pura mengatakan : "Ada sesuatu barang (misalnya kalkulator) yang, jatuhtadi."- Jika si korban setengah sadar akan kehilangan HPatau Dompetnya, dan akan mengejar komplotan tersebut,maka orang tersebut akan menjalankan aksi hipnotisnyalagi dengan mengatakan bahwa "HPnya sudah ketemu",sehingga semakin membuat si korban menjadi sepertiorang kebingungan lagi.Mohon informasi ini bisa disebar-luaskan kepadateman-teman anda.Mohon pembaca yang mengetahui jalur komunikasi denganKepolisian atau yang memiliki hubungan denganKepolisian, bisa segera menginformasikan hal inikepada pihak Kepolisian.

Wednesday, September 14, 2005

berkibarlah sang merah



Tuesday, August 30, 2005


Berkibarlah benderaku
Lambang suci gagah perwira
Di seluruh pantai Indonesia
Kau tetap pujaan bangsa
Siapa berani menurunkan engkau
Serentak rakyatmu membela
Sang Merah Putih yang perwira
Berkibarlah s'lama lamanya
Kami rakyat IndonesiaBersedia setiap masa
Mencurahkan segenap tenaga
Supaya kau tetap cemerlang
Tak goyang jiwaku menahan rintangan
Tak gentar rakyatmu berkorban
Sang Merah Putih yang perwira
Berkibarlah s'lama lamanya

Monday, September 12, 2005

HATI-HATI DENGAN IKAN LAUT


Subject: FW: Ikan berformalin
- TV7 Kemaren sore jam 16.30 saya sedang menonton acara kontroversi di TV7, ternyata disitu sedang membahas ikan2 sekarang yang direndam formalin oleh para nelayan kita, terutama nelayan muara angke. Alasan mereka adalah supaya ikan mereka tetap terlihat segar, memang bentuk ikannya jadi tidak berubah, tetapi departemen keikanan, di TV telah memperlihatkan bgmna cara memilih ikan yang sudah diformalin atau belom.Ikan yang segar, matanya merah (jangan hitam atau putih), baunya amis (kalo gak amis berarti sudah direndam formalin), dan dagingnya juga tidak benyek. Lalat juga tidak mau menempel pada ikan yang diformalin. Bisa diperhatikan waktu mau membeli, kalau disitu ada lalat.Sementara kmrn di TV, kru TV7 menyamar menjadi nelayan yg ingin membeli formalin (semuanya memakai kamera tersembunyi), ternyata mudah sekali mendapat formalin, untuk para nelayan, ada yg memasoknya, dua botol aqua 600ml = Rp 15.000,-Dan para nelayan menggunakan formalin itu semata2 karena ingin pendapatan mereka berjalan terus. Aaaaaaahhhhhh..... susahnya jaman sekarang, kembali lagi ke pertanyaan bulan kemaren, kita makan apa dong ? Ayam kena flu burung, sapi (mad cow masih ada gak?), ikan diformalin, bahkan tahu pun diformalin (ada di kompas bulan juni), seafood lainnya kena merkuri, akhirnya kita tinggal tersisa buah dan sayur, itupun sudah banyak menggunakan pupuk buatan yang mengandung banyak kimia dan pestisida. Ooooo........ indonesiaku

Saturday, September 03, 2005

keluarga sari lagi berkumpul

Hati-hati penculikan anak-anak

Waspadai Penculikan Anak
Penculikan bukanlah kasus baru. Kemungkinan ini selalu ada dengandilatarbelakangi berbagai motif. Mau tidak mau kita harus mewaspadainya.Anak mulai rawan terkena penculikan saat dia sudah aktifbersosialisasi, sekitar usia prasekolah. Di usia ini biasanya anak sudahmemilikikegiatan di "sekolah", juga aktif bermain di luar rumah. Sampai usia 7tahun, anak biasanya belum bisa membedakan orang yang berniat jahat dantidak. Ia mau saja diberi sesuatu oleh orang yang asing tanpa bisamelihat maksud di balik itu. Ukuran tubuhnya juga masih kecil sehinggakemampuannya mempertahankan diri masih lemah. Untuk itu, menurut Dra.Fitriani F. Syahrul, M.Psi., "Sebaiknya orang tua mulai membekalianaknyadengan kewaspadaan agar terhindar dari penculikan."JANGAN MERUSAK SOSIALISASINamun, orang tua juga perlu hati-hati dalam memberikan pembekalan.Jangan sampai jadi bumerang atau malah merusak kemampuan sosialisasianak."Membekali anak kewaspadaan ibarat memberikan obat, jika dosisnyakurang, obat tersebut tidak efektif membunuh kuman. Jika berlebihan,tubuhakan keracunan. Yang benar, berikanlah obat dengan dosis yang tepat."Dikatakan berlebihan jika kita menggambarkan adegan penculikan yangtentu saja menakutkan, ditambah gambaran sikap penculiknya yang garang,dan kisah-kisah seram lainnya. Cara seperti itu hanya akan menimbulkanketakutan. Anak akan menyangka lingkungannya sudah tidak aman lagi."Bukan tidak mungkin anak akan ogah masuk sekolah atau keluar rumahkarenaketakutan."Anak juga bisa terganggu sosialisasinya, ia akan menganggap orang asingdi sekelilingnya "berbahaya" dan bisa melukainya sewaktu-waktu.Akibatnya, ia akan acuh tak acuh kepada lingkungannya, danteman-temannyaakanbereaksi dengan menjauhi dirinya. "Hasilnya akan bertolak-belakangdengan harapan kita memiliki anak yang ramah, supel, memiliki temanbanyak,juga yang kemampuan sosialisasinya semakin terasah."Sebagai jalan tengah, psikolog dari Yayasan Pendidikan Insan Kamil,Depok ini menyarankan, orang tua sebaiknya memonitor saja dari jauh.Biarkan anak bermain bersama teman-temannya jika jaraknya masih dalamjangkauan. Jika anak bermain sendirian dan tempatnya jauh, temani anakdarikejauhan. Bilang padanya, "Kalau mau main jauh, hati-hati, ya. NantiMama temani." Hindari kata-kata seperti, "Jangan main jauh-jauh, ya,nantiada penjahat, lo."Selain di rumah, pengawasan anak di sekolah juga sangat penting.Sekolah biasanya mengikutsertakan proses pengawasan yang ketat terhadapmurid-muridnya. Demi keamanan, banyak sekolah yang menerapkan sistem"tandatangan". Siapa pun yang keluar-masuk sekolah harus memberikan tandatangan plus keterangan tujuan datang ke sekolah tersebut."Bahkan ada juga yang memakai sistem kartu," ujar Fitriani. "Setiaporang yang mengantar atau menjemput, harus memakai kartu. Tanpa kartutersebut, anak tidak bisa dijemput, apalagi jika yang menjemputnya tidakdikenal."Kenapa sekolah rawan penculikan? Selain sebagian besar waktu anakbanyak dihabiskan di sekolah, pemantauan anak di sekolah pun lebihsulit.Pihak sekolah sedikitnya harus mengawasi ratusan murid, bahkan hinggaribuan bila sekolahnya besar.Dengan begitu, pihak sekolah, baik staf keamanan, guru, maupun kepalasekolah harus bisa mengenali murid-muridnya secara individual. Demikianpula dengan orang tua maupun pengasuh murid-muridnya. Tidak hanyawajah, tapi juga suaranya.Seandainya ada orang yang tidak dikenal mengaku saudara atau ditugaskanmenjemput si anak, maka pihak sekolah harusnya melakukan pemeriksaan kerumah atau orang tua si murid, apakah betul orang tersebut ditugasimenjemput si anak. "Sayangnya, banyak kejadian, anak dijemput tukangojekyang selalu berganti-ganti."MANFAATKAN KEKUATAN KELOMPOKBiasanya saat-saat tertentu anak harus bepergian bersama teman-temannyadan jauh dari pengawasan orang tua, misalnya acara berkemah, belajarbersama, atau bermain jauh. Nah, saat-saat tersebut bisa jadi merupakansaat rawan penculikan. Agar hal itu tidak terjadi, ajarkan anak untukmemanfaatkan kekuatan kelompoknya. Jangan sampai mereka berpencar.Dengancara ini, jika terjadi sesuatu, mereka bisa mengatasinya bersama-sama."Urusan pulangnya, terutama untuk anak-anak di bawah usia 9 tahun,sebaiknya dijemput. Sedangkan untuk anak di atas 9 tahun, karena merekasudah bisa menjaga diri, bisa pulang sendirian jika memang tak ada yangmenjemput. Umumnya, mereka juga biasanya malu jika dijemput." Tapi jikaterpaksa anak di bawah usia 9 tahun pulang sendirian, maka ajarkan anakuntuk memilih jalur yang aman dan ramai. Hindarkan tempat yang sepi dangelap.Orang tua juga harus yakin, anak akan mampu melindungi dirinya sendiri.Biarkan anak melakukan kegiatan sehari-hari dengan wajar. Tak adasalahnya si anak diikutkan latihan beladiri untuk menambah bekalkemampuannya melindungi diri.Bangunlah hubungan baik dengan orang-orang di sekitar rumah, sepertitetangga, satpam kompleks, maupun tukang ojek/becak. Sementara disekolah, kenali juga guru, kepala sekolah, bahkan satpamnya. Merekalahyangbisa kita mintai bantuan atau mencegah tindakan penculikan.Bukan tidak mungkin penculikan dilakukan orang yang sebenarnya dikenalanak, seperti pengasuh, tetangga, bahkan keluarga sendiri. "Untukmencegahnya, orang tua harus teliti saat memilih calon pengasuh danmenjalinhubungan baik dengan orang-orang di lingkungan rumah atau di sekitarrumah. Sebab, tak jarang banyak kasus penculikan bukan didasari masalahuang, tapi karena merasa sakit hati.Langkah Pembekalan* Anak diminta tidak mengobral obrolan dengan orang yang tidak dikenalterutama jika menanyakan alamat rumah dan nomor telepon. Banyakpenculik memanfaatkan kepolosan anak (calon korban).* Penolakan sebaiknya dilakukan dengan cara sopan agar orang yangmemang tidak berniat jahat, tidak tersinggung.* Jika orang tak dikenal mengajak pergi ke suatu tempat, anakdiwanti-wanti tidak mengikutinya. Segeralah menyingkir dan temuilahteman-temanatau yang sekiranya bisa dimintai pertolongan.* Jika ada orang yang tidak dikenal menelepon ke rumah, minta anakmerahasiakan identitas, alamat rumah, jam sekolah anak, dan jam kerjaorangtua. Sebaiknya tutup saja teleponnya.* Jika datang tamu ke rumah, intip dulu lewat jendela. Seandainya orangtersebut mencurigakan, pagar tidak usah dibuka. Jika orang itu tidakkunjung pergi, hubungi ibu atau ayah.* Ajari anak untuk berani menolak orang asing yang ingin memberikanbarang apapun. Selain ada kemungkinan di dalamnya terkandung zat-zatberbahaya, anak juga biasanya tidak enak menolak ajakan orang yang sudahmemberinya sesuatu.* Anak harus mengenal identitas diri dan keluarga, minimal nama orangtua, alamat, dan nomor teleponnya. Jika terpisah dari orang tua, diabisa menghubungi satpam kemudian bisa menjelaskan asal-usul keluarganya.Anak yang sudah cukup besar atau di atas 8 tahun juga bisa punya akaluntuk balik ke rumah atau menelepon rumah.HATI-HATI PENCULIK ANAKTentu saja hal ini tidak pernah kita harapkan. Tapi apa salahnyaberhati-hati"Penculikan anak memang harus diwaspadai," ujar Zainoel B. Biran dariFakultas Psikologi UI. Karena, terangnya, si pelaku bukan hanya orangluar tapi juga bisa dari dalam seperti pembantu rumahtangga, babysitter,sopir atau tukang kebun. Entah dilakukan sendiri olehnya atau bekerjasama dengan orang luar.Pada prinsipnya, menurut psikolog sosial ini, penculikan bisa dibagidalam 4 motif. Yakni pemerasan (minta uang tebusan atau harta bendalainnya), pelampiasan dendam, penyakit kejiwaan, dan sengketa keluargasemisal perebutan anak.Namun dari semua itu, yang paling sering terjadi adalah karena faktorekonomi. Misalnya, kepepet hutang. Biasanya anak yang jadi korbanpenculikan kemudian dijadikan "alat" untuk memperoleh uang sepertidijadikanpengemis atau malah diperjual-belikan.MODUS OPERANDIPenculikan biasanya sudah direncanakan. Pelaku mengamati, keluarga manasaja yang akan dijadikan korban. Modus operandinya pun macam-macam.Bisa saja pelaku sengaja "masuk" ke dalam keluarga tersebut denganberpura-pura menjadi pembantu, sopir, atau tukang kebun. Dengan demikianiabisa menyiapkan kondisi dan kesempatan untuk menculik.Atau ia menjemput korban di sekolah atau tempat lain dengan caramenipu. Misalnya dengan mengatakan disuruh oleh orang tua korban.Biasanyadilakukan oleh orang yang sudah dikenal korban atau ada kerjasama antarapelaku dengan orang yang sudah dikenal korban. Pelaku juga biasanyamenggunakan nomor kendaraan palsu.Setelah berhasil menjemput, korban dibujuk lalu dibawa ke suatu tempat.Biasanya korban tak menyadari bahwa dirinya diculik. Dia mau ikutkarena tertarik oleh bujukan tersebut. Umumnya terjadi pada anak yangmasihkecil. Meskipun kadang terjadi juga pada anak besar.Cara lainnya, korban dihadang/dicegat di jalan lalu dipaksa/diancamdengan kekerasan. Atau korban diculik saat orang tuanya lengah.Nah, setelah berhasil mendapatkan korban, seperti dituturkan Kol.(Pol). Drs. Alex Bambang Riatmodjo, SH, MBA, Ph.D., Kadit Serse PoldaMetrojaya, Jakarta, pelaku akan menghubungi orang tua/keluarga korbanmelaluitelepon. "Biasanya untuk minta tebusan, baik berupa uang tunai ataupunmelalui transfer ke nomor rekening tertentu yang identitasnyadipalsukan dan cara pengambilan uangnya menggunakan ATM."PENCEGAHANNah, sekarang sudah tahu persis, kan, apa dan bagaimana saja motifserta modus operandi penculikan anak. Kini yang terpenting adalahmengetahui tindak pencegahannya. Berikut tips dari Zainoel:1. Bila terjadi perpisahan/perceraian hendaknya diselesaikan secarabaik-baik antar pasangan sehingga harmoni tetap dijaga.2. Binalah relasi yang baik dengan semua orang, termasuk pembantu dansejenisnya. Sehingga tak ada rasa sakit hati yang bisa membuat orangjadi dendam.3. Jangan mudah percaya atau menyerahkan anak kepada orang lain yangbelum dikenal jelas asal usulnya.4. Selektif dalam memilih orang yang akan dipekerjakan di rumah. Entahitu pembantu, sopir, tukang kebun maupun baby sitter. Harus tahu persisdarimana asalnya dan siapa saja relasinya. Bersikaplah tegas terhadapyayasan penyalur atau orang yang memberikan pembantu tersebut. Bilaperlu, terutama pada yayasan, buat perjanjian hitam di atas putih bahwakalau ada sesuatu yang terjadi di rumah, maka mereka harus bertanggungjawab. Bila si pembantu datang sendiri, tingkatkan kewaspadaan.5. Miliki foto si pembantu (baby sitter/sopir/tukang kebun). Foto iakala bermain bersama anak. Biasanya mereka senang difoto. Jika merekamenolak, patut dicurigai, apakah memang sangat pemalu atau punya niatuntuk menyembunyikan identitas dirinya.6. Amati apakah ia asyik dengan dirinya sendiri, senang sekalimengobrol berjam-jam dengan teman-temannya sesama pembantu tanpamempedulikanjam dan tanggung jawab pekerjaannya. Bila demikian, berarti ia potensialuntuk lengah, sehingga bisa dimanfaatkan oleh orang yang punya niatburuk semisal penculik.7. Tumbuhkan rasa tanggung jawab pada si pembantu.isalnya, "Saya'titipkan' anak saya sama kamu. Tolong jaga dan asuh dia baik-baik."Denganbegitu, ia akan merasa dihargai sehingga ia punya tanggung jawab untukmemenuhi "amanah" tersebut.8. Sebaiknya pembantu juga diberi tahu tentang kemungkinan terjadipenculikan anak dan bagaimana modus operandinya. Sehingga ia jadi lebihwaspada dan tak sembarang percaya pada orang yang baru dikenalnya.9. Kepada anak, terutama yang sudah besar, ajari ia agar tak bicaradengan orang baru atau asing. Tekankan bahwa kalau diajak bicara olehorang yang tak dikenal, jawab seperlunya saja. Jangan meladeninya lebihjauh. Apalagi sampai menerima ajakan-ajakannya.10. Si anak juga harus diajarkan cara menghadapi situasi bila ada yangmencurigakan. Misalnya, ada orang asing masuk ke rumah. Nah, beri tahuke mana ia harus minta bantuan. Entah dengan menghubungi pos polisiterdekat, pos satpam/siskamling atau tetangga. Tentunya dengan syarat,hubungan antar tetangga juga baik. Kemudian bila si anak diikuti, mintaiaagar pergi ke tempat orang yang dikenal.11. Diskusikan dengan anak tentang kasus penculikan yang terjadi. Entahyang dimuat di koran atau ditayangkan teve. Misalnya, "Menurut kamu,kenapa penculikan itu bisa terjadi?" Jadi anak diajak untuk memikirkansebab-sebabnya, sehingga ia bisa belajar dari pengalaman orang lain.Dengan demikian, kalau orang tua melarangnya untuk tak bicarasembarangandengan orang asing itu tak mengada-ada.12. Tumbuhkan keyakinan diri yang kuat pada anak. Caranya denganmenciptakan lingkungan yang aman. Bila ia melakukan sesuatu yang bagus,berilah pujian sehingga ada kebanggaan pada dirinya. Ia sadar bahwapenghargaan itu muncul karena apa yang ia lakukan sehingga ia yakin akankemampuannya. Dengan memiliki keyakinan yang kuat, ia tak akan mudahdipengaruhi oleh orang lain.TINDAK MENGATASIBila ternyata penculikan itu terjadi juga, berikut saran dari Zainoeldan Alex:1. Jangan larut dalam kepanikan. Jangan pula saling menyalahkan diantara pasangan, karena hanya akan menimbulkan pertengkaran. Anda berduatak akan bisa berpikir jernih. Pasangan harus saling menenteramkan.2. Hubungi tetangga, terutama ketua RT/RW. Barangkali ada yang melihatsi anak. Karena mungkin si anak bukannya diculik tapi pergi ke mana dankesasar. Bisa jadi para tetangga lebih mengetahui hal ini.3. Telepon polisi. Lakukan secara rahasia, terutama bila ada ancamanagar tak menghubungi polisi sehingga tak akan membuat celaka si anak.Sebaiknya jangan pakai telepon rumah karena takut sudah disadap. Lebihbaik gunakan handphone atau pinjam telepon tetangga.4. Berikan informasi/data sebanyak-banyaknya kepada polisi tentangsegala sesuatu yang berkaitan dengan kasus penculikan itu. Terutama datadiri korban dan si pelaku. Sebaiknya pertemuan dengan polisi dilakukandisuatu tempat. Misalnya, di kantor Anda. Sehingga terkesan sepertihendak pergi ke kantor padahal polisi sudah menunggu di sana.5. Bila si pelaku adalah pembantu, hubungi kontak personnya. Adabaiknya memanfaatkan media cetak maupun elektronik untuk menelusurijejaknya.Di sinilah pentingnya memiliki foto si pembantu.6. Memperhatikan dan jika perlu merekam pembicaraan permintaan pelakumelalui telepon.7. Binalah kerjasama yang baik dengan pihak polisi dan tetangga,sehingga upaya pencarian si anak bisa dilakukan maksimal. Misalnya,mengikutipetunjuk-petunjuk dari polisi demi keselamatan si anak.Menangani Anak Korban PenculikanJika anak sudah ditemukan, "Jangan langsung interogasi anak karena iamasih trauma," begitu saran . Cukup peluk anak. "Kalau nanti anak sudahmerasa nyaman, barulah ditanyai." Apalagi yang harus kita lakukan?Ikuti langkah berikut:1. Orang tua jangan larut dalam kecemasan karena bisa menular padaanak. Jangan sampai orang tua sebentar-sebentar mengingatkan, "Awas,hati-hati kamu, jangan pergi ke mana-mana!" Karena si anak akan merasaduniatertutup, setiap langkahnya seperti diawasi. Hal ini tak baik untukperkembangannya.2. Jangan mengulang-ulang membicarakan peristiwa tersebut. Yang sudahberlalu biarlah berlalu. Yang penting, jangan sampai peristiwa ituterulang lagi.3. Jangan sekali-kali menyalahkan anak. Misalnya, "Makanya, jangan mainterlalu jauh." Ingat, ia sudah mengalami trauma. Ia sendiri takmengerti harus bagaimana. Bisa jadi ia pun sebenarnya merasa bersalahluarbiasa. Kalau ia ditekan terus, akibatnya ia akan minder, menarik diriataumalah marah, "Kok, kenapa aku yang disalahkan?" Hal ini akanmenimbulkan pemberontakan.4. Sebaiknya doronglah anak untuk mempunyai keberanian keluar darisituasi. Semangati agar ia mempunyai kesiapan lebih kuat untukmenghadapihal-hal seperti penculikan tersebut karena satu ketika nanti, setelahdewasa, ia harus mandiri.5. Yakinlah bahwa anak akan mampu melindungi dirinya sendiri. Biarkananak melakukan kegiatan sehari-hari dengan wajar. Orang tua cukupmengawasinya dari jauh. Misalnya, dengan menanyakan kegiatannya, main kemana, dan sebagainya. Bila perlu, tak ada salahnya si anak diikutkanlatihan bela diri untuk menambah bekal kemampuannya melindungi diri.6. Untuk mengurangi stres atau kecemasan orang tua, kembalikanlah semuapersoalan kepada Yang Di Atas. Doa yang khusuk akan membuat batin kitajadi tenang.7. Yang tak kalah penting ialah pahami keinginan/kesenangan anak.Karena, tak jarang terjadi pengalaman penculikan justru menyenangkanbuatsianak. Misalnya, ia diculik oleh pamannya sendiri, lalu diajakberkeliling kota, dibelikan jajanan kesukaannya. Sehingga ia tak merasadirinyadiculik tapi diajak piknik yang menyenangkan. Nah, dengan orang tuamengetahui keinginan/kesenangan anak, maka orang tua bisa memenuhinya.Kalau tidak, keinginan/kesenangan yang tak tersalurkan ini bisadimanfaatkan orang lain untuk menculiknya. Jika memang orang tua belumpunyawaktu dan uang untuk memenuhi keinginan tersebut, ajari si anak untukbisamenunda keinginannya itu. Dengan demikian ia tak gampang tergodabujukan atau iming-iming orang lain.8. Selanjutnya tindakan preventif lainnya ialah:* Menitipkan anak ke TPA (Tempat Penitipan Anak) atau orang yangdipercaya bila orang tua hendak pergi dan harus meninggalkan anak.* Membangun hubungan baik dengan banyak orang, terutama lingkungansekitar. Berbaik-baiklah dengan para tetangga, satpam kompleks maupuntukang ojek yang biasa mangkal di depan kompleks. Begitu juga denganorang-orang di sekolah anak seperti guru, satpam, orang tua teman anak,dansebagainya. Sehingga kalau ada apa-apa mereka bisa memberi informasiataupencegahan yang diperlukan. Mereka dengan suka rela akan ikut menjagaanak kita.Sumber : Nakita