Wednesday, May 30, 2007

Dar Der Dor di Pasuruan, Empat Tewas


Bentrok Berdarah Warga v Marinir Salah Satu Korban, Wanita Hamil 4 Bulan PASURUAN - Insiden berdarah kemarin terjadi di Pasuruan, Jawa Timur. Empat orang tewas serta lima lainnya luka-luka akibat diterjang peluru ketika aparat TNI-AL terlibat bentrok dengan warga. Peristiwa itu terjadi di Desa Alastlogo, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, sekitar pukul 10.00. Berdasar informasi yang dihimpun Radar Bromo (Grup Jawa Pos), peristiwa tersebut dipicu protes warga terhadap aktivitas para pekerja TNI-AL yang menggarap lahan Prokimal (Proyek Permukiman Angkatan Laut) di desa tersebut. Kabar yang beredar di warga, di atas lahan Prokimal itu, akan ditanami tanaman produktif, seperti tebu dan mangga. Pengerjaan dilakukan mulai Selasa lalu (29/5) dengan menggunakan peralatan berat seperti bego. Rupanya, aktivitas itulah yang menyulut protes warga. Sebab, di lahan yang digarap dengan peralatan berat tersebut, masih ada tanaman singkong milik warga. Mereka minta agar penggarapan itu dilakukan setelah masa panen. "Jangan dulu, tunggu panen," kata salah seorang warga yang enggan disebut namanya, menceritakan kronologi peristiwa itu kemarin. Tapi, protes warga tersebut tak ditanggapi para penggarap yang bekerja untuk TNI-AL itu. Perang mulut pun terjadi. Beberapa saat kemudian, datang sejumlah personel Marinir TNI-AL bersenjata lengkap. "Jumlahnya sekitar 11-15 orang," kata Misnatun, warga Alastlogo yang menjadi saksi mata peristiwa itu, kemarin. Saat itu terjadilah bentrok antara aparat TNI- AL dan warga. Tak lama kemudian, terdengar suara dar der dor di lokasi kejadian. "Peristiwanya terjadi begitu cepat," kata Misnatun, yang dalam insiden itu kehilangan istrinya, Khotijah. Khotijah yang sedang hamil empat bulan itu ditemukan tewas terkena tembakan. Kesaksian serupa juga diungkapkan Sh, warga Desa Sumberanyar, Nguling, tak seberapa jauh dari TKP (tempat kejadian perkara). Diceritakan, saat itu dia sedang mencari rumput tak jauh dari TKP. Namun, baru beberapa saat, dia mendengar suara letusan. "Awalnya cuma sekali. Terus terdengar lagi berulang kali," katanya. Menurut Sh, beberapa saat kemudian, terdengar suara jerit tangis dari warga. Khawatir terjadi sesuatu, pria yang sehari-hari mencari rumput itu pun bergegas meninggalkan lokasi kejadian. Sedangkan warga Alastlogo langsung semburat begitu mendengar suara letusan senjata dari aparat TNI-AL. Mereka panik. Suasana pun mencekam. Warga yang berada di luar rumah pun langsung berusaha menyelamatkan diri dengan masuk rumah. Saat itu, diduga, para oknum Marinir melepaskan tembakan secara membabi buta. Itu bisa dilihat dari bekas tembakan di beberapa tempat. Di antaranya di musala, batang pohon, dan rumah-rumah warga. "Kami tidak tahu mengapa mereka begitu tega melakukan ini," tutur Misnatun. Memang, bekas aksi penembakan itu masih terlihat di sejumlah sudut. Termasuk di rumah Misnatun. Bahkan, di pintu belakang rumah yang kemarin dipasang police line itu masih terlihat bercak isi kepala Khotijah yang menempel di daun pintu. "Ini isi kepala istri saya belum dibersihkan," kata Misnatun dengan kedua mata berkaca-kaca. Menurut penuturan saksi mata lainnya, sesaat sebelum kejadian, Khotijah sedang memarut kelapa di musala yang berada di depan sudut rumahnya. Mendengar suara tembakan, perempuan 30 tahun itu langsung berusaha menyelamatkan diri. Bahkan, perlengkapan untuk memarut kelapa pun tak sempat dia bawa.Tapi, nahas. Khotijah yang waktu itu berusaha melewati pintu belakang langsung ambruk. Ini setelah salah satu peluru tepat mengenai kepalanya hingga tembus ke belakang. Bahkan, sebagian isi kepalanya terlihat berserakan di daun pintu. Kondisi mengenaskan juga dialami Sutam, 40. Pria yang pada saat kejadian sedang asyik melinting rokok itu pun tak lepas dari sasaran tembak. Seketika itu dia tewas setelah terkena tembakan yang menembus tengkuk belakang kepalanya.Bahkan, menurut keterangan warga, aksi penembakan juga dilakukan terhadap warga yang berada di dapur. Ini dialami Mistin. Saat itu, dia tengah memasak di dapur. Dia juga tengah menggendong anaknya yang berusia tiga tahun, Khoirul Agung. Tiba-tiba saja, dia jatuh tersungkur. Ternyata dia terkena peluru yang menembus dadanya. Yang memilukan, peluru itu juga menembus ke punggung Mistin, terus tembus ke dada Khoirul Agung. Kontan, jerit tangis mewarnai tertembaknya Mistin. Beberapa warga langsung berusaha memberikan pertolongan. Tapi nahas, Mistin langsung tewas seketika di depan rumahnya. Suasana di kawasan itu pun makin panik dan tegang. Warga berlarian. Para wanita menjerit-jerit histeris melihat beberapa tetangganya roboh tertembak. Mereka yang cepat menyadari situasi segera bergegas memberikan pertolongan. Korban tewas seperti Mistin, Sutam, dan Rohman langsung diangkut ke rumah sakit dengan menggunakan pikap. Sedangkan Khoirul Agung, anak Mistin, yang baru berumur 3 tahun itu, sempat dibawa dengan sepeda motor dengan dada terkoyak peluru. Sekitar pukul 11.30, para korban baik yang tewas, terluka parah, maupun yang mengalami luka tembak di tangan dan kaki tiba di RSUD dr Soedarsono, Kota Pasuruan. Para petugas RSUD bertindak cepat menangani mereka. Namun karena keterbatasan peralatan, para korban akhirnya dirujuk ke RS Syaiful Anwar (RSSA) Malang. Diketahui, korban meninggal akhirnya berjumlah empat orang. Mereka adalah Mistin, Sutam, Rohman, dan Khotijah. Sampai tadi malam, beberapa korban yang menderita luka parah masih dirawat di RSSA Malang. Hanya tiga orang luka ringan yang masih dirawat di RSUD dr Soedarsono. Warga Balas Blokade Jalan Insiden penembakan tersebut langsung mendapat aksi balasan dari warga. Siang kemarin warga Alastlogo memblokade ruas jalan Pasuruan-Probolinggo, persis di depan pintu masuk kawasan desa itu. Warga meletakkan batu-batu dan pohon-pohon di badan jalan. Selain itu, warga berkerumun di tengah jalan. Sesekali mereka berteriak-teriak mengeluarkan semua amarah. Semua kendaraan yang melaju dari barat dan timur distop. "Stop, stop. Jalan ini kami tutup dulu. Kami minta maaf bila mengganggu," kata warga kepada para sopir kendaraan dari arah Pasuruan maupun Probolinggo. Akibat aksi tersebut, lalu lintas di jalur Pasuruan-Probolinggo macet total sejak pukul 11.20. Arus lalu lintas dari arah Pasuruan menuju Probolinggo dan sebaliknya terpaksa dialihkan. Kendaraan dari arah Probolinggo dilewatkan Pasar Nguling ke selatan, tembus ke jalan Desa Watestani, Nguling, hingga Cukur Gondang, Grati. Sebagian lagi yang telanjur terjebak setelah Nguling, terutama mobil, diarahkan untuk melintasi Karanganyar yang juga tembus ke Cukur Gondang. Nah, di kawasan Watestani hingga Cukur Gondang itulah terjadi penumpukan arus kendaraan dari dua arah. Laju kendaraan pun tersendat-sendat. Ternyata warga tidak hanya memblokade jalan raya provinsi di depan Alastlogo. Tapi, mereka juga menutup jalan raya Sumber Dawesari, persis di depan Ranu Grati. Warga berlesehan di tengah jalan yang sudah dipalang beberapa tangga, batu, dan pohon. Aksi itu mengakibatkan kemacetan kian panjang. "Macet lama. Padahal, kami sudah tiga jam berada di Ngopak. Entah sampai jam berapa bisa sampai ke Probolinggo," ujar Dayat, salah seorang pengendara mobil yang sore kemarin menelepon kantor redaksi Radar Bromo (Grup Jawa Pos) menanyakan ikhwal kemacetan tersebut. "Bayangkan, saya berangkat dari Probolinggo jam 11.00. Tapi, sampai di Pasuruan jam 17.30. Itu pun saya menggunakan jasa ojek, mulai Ranu Klindungan, Grati. Kalau terus naik bus, bisa bertambah malam saya tiba di Pasuruan," ujar salah seorang penumpang bus. Padahal, jika kondisi normal, perjalanan dengan bus dari Pasuruan samapi Probolinggo hanya memakan waktu sekitar satu jam. Belum didapat keterangan lebih lanjut apakah warga akan melakukan aksi blokade hingga hari ini. Yang jelas, hingga pukul 17.30 kemarin, aksi blokade tersebut masih berlangsung. (aad/df/puj/jpnn)

No comments: