Friday, April 20, 2007

Cuci Mulut dengan Durian Sinapeul


Beunteur Mak Ijoh bukanlah satu-satunya kenikmatan yang bisa ditemui saat menelusuri "jalan belakang" di kawasan perbatasan Kabupaten Majalengka dan Cirebon, Jawa Barat. Tentu saja, bagi orang yang tidak berdomisili di Cirebon atau Majalengka, menemukan semuanya itu butuh usaha ekstra.
Dimulai dengan niat meluangkan waktu keluar dari jalur-jalur jalan utama yang menghubungkan Majalengka dengan kota-kota besar, seperti Jakarta dan Bandung.
Apabila kita dari Jakarta menempuh jalur utama pantai utara (pantura), sesampai di Kota Cirebon carilah rute jalan ke arah Sumber, ibu kota Kabupaten Cirebon. Dari Sumber, tempuh jalur alternatif menuju Majalengka via Rajagaluh. Sesampai di perempatan Pasar Rajagaluh, ambil jalan ke kanan. Sekitar lima kilometer ke arah barat, kita akan sampai di pusat kota Kecamatan Leuwimunding, tempat Warung Mak Ijoh berada di sebelah kiri jalan.
Dari arah Bandung, ambil jalan raya Bandung-Cirebon via Sumedang. Begitu sampai di perempatan Kadipaten, ambil jalan ke kanan menuju Majalengka dan turuti jalan itu lurus saja sampai bertemu perempatan Rajagaluh. Tentu saja dari arah ini kita harus belok kiri menuju Leuwimunding.
Baik dari arah Bandung-Sumedang maupun Jakarta-Cirebon, jalan yang dilalui akan memberi kesejukan tersendiri. Jalur jalan lebar, mulus, tidak disesaki truk trailer dan bus AKAP, dengan pemandangan menghijau kaki Gunung Ciremai di sekitarnya. Pagi hari yang cerah sekitar pukul 09.00-11.00 adalah saat terbaik menempuh jalur sejuk ini.
Warung Mak Ijoh adalah warung tradisional yang tidak menyajikan santapan cuci mulut. Namun, jangan khawatir. Sepulang dari Leuwimunding ambil kembali jalan ke arah Rajagaluh kemudian kemudian belok kiri masuk jalan menuju Cirebon via Sumber. Sekitar separuh jalan, tepat di perbatasan Kabupaten Cirebon-Majalengka, kita akan menemukan pilihan cuci mulut paling tepat: durian sinapeul.
Di kanan kiri jalan berderet penjual durian yang hampir selalu ada sepanjang tahun, bahkan di luar musim durian. Mereka menjajakan durian di warung-warung kecil seadanya yang terletak di tepi hamparan sawah menghijau. Sambil menikmati daging durian sinapeul yang manis, kesat, dan tebal, kita bisa menikmati semilir angin gunung dan suara gemericik air di sawah. Ah, sebuah pembebasan! (DHF)

No comments: