Friday, April 06, 2007

INFO UNTUK KESEHATAN



Jika dibandingkan dengan penyakit penyebab kematian lainnya, hipertensi kurang ditakuti. Padahal dibandingkan dengan penyakit lain, bahaya dari penyakit darah tinggi lebih berlipat-lipat, angka kematian akibat penyakit kardiovaskular juga enam kali lebih tinggi dari penyakit kanker.
Hipertensi adalah sebutan untuk penyakit yang ditandai dengan tingkat tekanan darah di atas normal atau mencapai 140/90 mmHg atau lebih. Penyakit ini termasuk unik, mudah dideteksi tetapi belum diketahui penyebab pastinya. Hipertensi sering disebut juga sebagai pembunuh tersembunyi (silent killer), karena gejalanya tidak dirasakan seseorang selama bertahun-tahun sampai akhirnya muncul masalah serius.
Menurut dr.Hananto Andriatoro. SpJP, dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, orang yang mengalami hipertensi juga rentan terhadap komplikasi tiga organ penting dalam tubuhnya, yakni gagal jantung, penyempitan arteri di ginjal dan otak (stroke). Selain itu, hipertensi juga menjadi penyebab utama dari munculnya penyakit jantung koroner.
Penyebab
Seperti disebutkan di atas, penyebab spesifik dari penyakit ini tidak diketahui. Hipertensi biasanya muncul seiring dengan bertambahnya usia seseorang, terutama pada mereka yang banyak mengonsumsi makanan bergaram dan memiliki kebiasaan buruk, seperti merokok, obesitas atau jarang berolahraga.
Hipertensi bisa digolongkan dalam dua golongan, yakni primer dan sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas. Faktor-faktor yang diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer antara lain usia dan keturunan. Sementara itu hipertensi sekunder sering terjadi pada mereka yang memiliki masalah dengan ginjal, kerusakan jantung kongenital atau tumor kelenjar adrenal. Stres dan kehamilan juga bisa menjadi penyebab hipertensi pada perempuan.
Meski hipertensi sering muncul di usia tidak muda, namun pemeriksaan dini bisa menurunkan risiko dampak buruk penyakit ini. Oleh karenanya, memeriksa tekanan darah secara berkala penting dilakukan. Ditambahkan oleh dokter Hananto, pengukuran tensi darah harus dilakukan dalam keadaan tenang atau sedang tidak stres. "Jika sudah ada faktor risiko, pasien harus rutin melakukan tensi," katanya.
Jadi masalah
Hipertensi yang terjadi selama bertahun-tahun dapat menyebabkan berbagai masalah. Tekanan berlebih pada dinding arteri dapat merusak pembuluh darah. Lapisan pada arteri darah dapat menjadi kasar dan tebal, pada akhirnya dapat menimbulkan penyempitan (arteriosklerosis). Jika arteri terlalu sempit, darah tidak dapat mengalir dengan lancar akibatnya bagian tubuh yang tergantung pada arteri tersebut tidak dapat pasokan darah dan oksigen.
"Penyempitan pembuluh darah bisa terjadi di paha, juga di ginjal (stenosis artery renalis) yang bisa menganggu fungsi ginjal. Jika penyumbatannya terjadi pada pembuluh darah di otak akibatnya adalah stroke," papar dokter.
Menurut dr.Arieska Ann Soenarta, MD dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, orang-orang yang termasuk dalam hipertensi "perbatasan" justru lebih banyak yang mengalami stroke. "Setelah dilakukan penelitian, orang yang ada dalam border line (tensinya 140-150/90) banyak yang terkena stroke," ujarnya.
Tak bisa diobati
Prevelansi penderita hipertensi di Indonesia adalah 16-17 persen. Sehingga mengontrol hipertensi akan mengurangi efek lebih lanjut dari penyakit ini, seperti penyakit jantung. Dipaparkan oleh dokter Hananto, hipertensi adalah penyakit seumur hidup, tidak bisa diobati tetapi bisa dikontrol. "Pengobatan hipertensi bukan untuk menurunkan tensi tetapi untuk menghindari dari penyakit kardiovaskular dan menurunkan angka kematian," katanya.
Tujuan pengobatan hipertensi saat ini adalah, selain untuk menurunkan tekanan darah, juga ditujukan untuk menurunkan komplikasi kardiovaskular. Pengobatan hipertensi dapat menurunkan risiko kejadian stroke (berkurang 35-40 %), serangan jantung (20-25 %), dan gagal jantung (lebih dari 50 %).
Jenis pengobatan
Menurut konsesi JNC VII, penderita hipertensi tanpa keluhan lebih diutamakan mendapat pengobatan nonfarmakologi (diet rendah garam, olahraga, mengurangi berat badan). "Tetapi jika tensinya sudah tinggi dan ada keluhan, otomatis perlu dapat pengobatan," kata dokter Ann.
Saat ini sudah terdapat banyak pilihan obat penurun tekanan darah. "Mulai dari jenis penghambat beta (beta blocker) hingga penghambat channel kalsium (calcium channel blocker atau CCB) yang bekerja dengan menghambat kalsium masuk ke sel-sel otot jantung dan pembuluh darah sehingga menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan memperlambat denyut jantung," papar dokter Hananto.
CCB sendiri terdiri dari dua jenis, yakni obat jangka pendek yang bekerja cepat menurunkan tekanan darah namun cepat pula membuat tensi naik. "Tekanan darah yang cepat naik dan turun bisa merusak otak dan ginjal," jelas Hananto. Lebih disarankan adalah CCB jangka panjang, selain lebih aman, jika pasien lupa mengonsumsi obat ini dalam dua hari, dampak obatnya masih terasa.
Namun yang perlu diingat, obat-obatan tersebut hanya bersifat membantu saja. Yang terpenting adalah perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat sehingga penyakit yang diderita bisa ditanggulangi.

No comments: