Monday, June 11, 2007

Adabtable well design and unsolved mystery ?

It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent that survives. It is the one that is the most adaptable to change.”Charles DarwinDalam membuat rancangan sumur atau sebut saja lebih umum sebagai "well design" sebuah sumur pemboran dikerjakan oleh Drilling Enginner (DE). Kata-kata diatas haruslah diresapi dan dimengerti oleh para drilling engineer ini. Melakukan pengeboran yg dilakukan driller dilapangan bukanlah sekedar melakukan semua yg sudah dirancang oleh Drilling Engineer di kantor yg dikerjakan dua-tiga bulan atau bahkan setahun sebelumnya.Geologist dan geophysicist (G&G) yang bagus akan memberikan toleransi-toleransi serta ketidak pastian ada yg mungkin ditemui nantinya. Semua angka yg dikeluarkan oleh G&G bukanlah angka mati. Semua angka itu hanyalah hasil perkiraan terbaik mereka, namun harus lengkap dengan ketidak pastiannya. Ketidak pastian itu melingkupi baik akurasi serta presisi. Menganggap angka-angka G&G itu sebagai angka mati dan eksak bisa jadi dianggap merupakan kealpaan. Driller sebagai eksekutor dilapangan yg menganggap apa yg sudah ada di drilling program sebagai suatu SOP harus dilakukan juga bukan hal tepat dan mengarah ke kecerobohan.Berita yg terbaca di Media-media yg berseliweran barangkali semua ada benarnya. Drilling operasinya sudah dilakukan seperti apa yg ada dalam well design yg distujui sebelumnya. Namun apakah kondisi bawah permukaan yg jauuh didalam sana mengikuti apa yg dipikirkan geologist-geophysicist (G&G) ? Well design tentunya dibuat mengikuti interpretasi G&G ini.Menghitung dengan akurasi dan presissi yg baik merupakan tugas G&G, disertai dengan angka ketidakpastian. Ada general rule namun jangan lupakan local rule. Membuat well design yg efisien dan hemat itu hanyalah salah satu tugas Drilling engineer. Namun design yg tepat haruslah memperhitungkan kestidakpastian. DE merupakan jembatan antara G&G dan Driller dilapangan, yang harus mengerti keduanya. Adabtable design mungkin adalah cara yg tepat untuk segala urusan dengan alam.Beradaptasi dengan kondisi dan situasi yg dijumpai selama operasi itu mesti dimiliki oleh driller. Saya kira, mungkin saja driller dilapangan tidak melanggar well-design yg sudah dirancang. Drilling Engineer juga merancang sesuai data dari G&G. Sangat mungkin bahwa G&G yg sudah berpengalaman inipun sudah mengikuti kaidah ilmiah ketika menginterpretasikan data. Namun kalau hanya menyerahkan karena kondisi alam jelas bukan tindakan bijaksana.Do we learnt ?- Ada indikasi "paleo collapse" yg berhubungan dengan shallow section yg mengindikasi "very critical mechanical condition" dibawah sana namun kemungkinan utk bagian atas.- Kodeco has lost their well and change the surface location. Padahal masih di kedalaman kurang dari 1500 ft.- Santos pernah mengalami BlowOut ketika masih pada kedalaman 409 meter (<1500 ft )- Lapindo juga pernah kick di sekitar 4000 ft (secara stratigrafis ekivalen diatas cased hole section BPJ-1), ini terjadi beberapa tahun lalu.Opini yg sudah beredar saat ini sudah mengarah bahwa mud-flow ini karena kealpaan mengeset casing di kedalaman diatas 4240 - 9200 ft. Bagaimana kalau BO itu terjadi justru pada bagian atas ? Yang terpikir dibenak saya saat ini adalah kekhawatiranku bahwa kita nantinya juga tidak mengerti dengan benar apa yg sebenar-benarnya terjadi. ....... just become an unsolved natural mystery.

No comments: