Tuesday, October 09, 2007

Di Balik Aspek Spiritual Puasa


Pada hakikatnya, yang mengetahui rahasia puasa atau apa rahasia di balik puasa hanyalah Allah SWT. Namun, manusia yang dibekali akal dan budi, perlu mencari sesuatu di balik rahasia puasa sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya. Spiritual bukan barang baru, berasal dari kata spiritius (Latin), sama dengan roh (Arab), pneuma (Yunani), atma (Sanskerta), dan soul (Inggris). Spiritual dibutuhkan manusia karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk rohani yang berjasmani.
Ada berbagai kebutuhan spiritual manusia, di antaranya, pertama, kebutuhan akan tujuan hidup dalam membangun hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang dengan Tuhannya dan dengan sesama manusia serta alam sekitar. Islam mengajarkan bagaimana makna dan tujuan hidup manusia di dunia serta pemahaman diri (insight) bahwa diri ini adalah hamba-Nya (makhluk) dan Allah SWT adalah Khalik (Pencipta). Ketenangan jiwa akan diperoleh dengan berpegang teguh kepada tali Allah.
Pada bulan Ramadan, kita diperintahkan menjalankan ibadah puasa. Pada hakikatnya ibadah puasa bersifat rahasia, karena yang tahu hanya dirinya dan Allah SWT. Oleh karena itu, ibadah puasa merupakan upaya membangun hubungan vertikal dengan Allah SWT. Selain itu, malam harinya kita menjalankan salat Tarawih bersama di masjid, selain ibadah juga menjadi ajang silaturahmi dengan orang sekeliling. Kemudian membayar zakat dan saling memaafkan saat Idulfitri. Semua ini merupakan upaya membangun hubungan horizontal dengan sesama manusia.
Kedua, kebutuhan akan kepercayaan dasar, membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah. Pada waktu bepuasa segala yang dilakukan merupakan ibadah, bahkan tidurnya orang berpuasa dikatakan ibadah. Diharapkan ini dapat membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini tidak lain hanya untuk ibadah kepada Allah SWT. Firman Allah dalam Surah Al-Anaam ayat 162 dan Ali Imran ayat 102 menyatakan, "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku semata-mata untuk Allah, Tuhan semesta alam.” ( Q.S. 6:162 ). Karena hidup ini ibadah, manusia tidak perlu risau manakala suatu saat mengalami kesusahan, kesedihan, atau rasa bersalah. Semua itu merupakan cobaan keimanan, sementara kalau diberi kenikmatan hendaknya manusia mensyukurinya. Kebutuhan lain yaitu rasa aman, terjamin, dan keselamatan terhadap harapan masa depan. Bagi orang Islam, terdapat kepercayaan terhadap masa depan dan hari kemudian.
Ketiga, kebutuhan pengisian keimanan yaitu dengan teratur mengadakan hubungan dengan Allah SWT. Hal ini bertujuan agar kekuatan iman dan takwa senantiasa tidak melemah. Selama satu bulan ramadan, kita dilatih di kawah "candradimuka" sehingga seyogianya kekuatan iman dan takwa dari waktu ke waktu makin tinggi, yang akhirnya akan bermanifestasi dalam kehidupan nyata.
Tujuan berpuasa adalah untuk meningkatkan takwa dan inti perintah puasa adalah pengendalian dorongan dan emosi. Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang mampu mengendalikan dorongan dan emosinya. Semakin dewasa semakin mampu mengendalikan dorongan dan emosi terhadap berbagai stimulus, baik yang datang dari dalam maupun dari luar diri.
Nabi Muhammad saw. telah bersabda, "Sesungguhnya puasa itu bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi puasa itu dapat menjauhkan kamu dari perbuatan keji dan mungkar." Pada hadis yang lain, beliau bersabda, "Sesungguhnya peperangan terbesar (di muka bumi ini adalah peperangan melawan hawa nafsu diri sendiri.”
Bila hasil latihan pengendalian diri diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, banyak penyakit, baik fisik maupun psikis, dapat dicegah. Misalnya sindroma metabolik (overweight, diabetes, hipertensi, hiperkolesterol, dan sebagainya) yang menjadi faktor risiko serangan jantung koroner, stroke, atau kematian mendadak. Mereka yang tidak mampu mengendalikan dorongan dan emosinya cenderung akan mengalami gangguan berupa kecemasan, fobia, obsesi-kompulsi, depresi, dan agresivitas atau impulsivitas pada gangguan kepribadian.
Tidak mampu mengendalikan dorongan seksual akan memicu perilaku seksual berisiko, pergaulan bebas, dugem atau penjaja seks komersial sampai pada perkosaan. Mereka yang tidak mampu mengendalikan dorongan mengejar materi akan menjadi tamak dan loba, tidak mampu lagi membedakan mana yang halal dan mana yang haram, termasuk korupsi atau merampas hak orang lain. Mereka yang tidak mampu mengendalikan diri untuk mendapat jabatan akan memperturutkan ambisi pribadinya dan menghalalkan segala cara. Jadi, dapat disimpulkan bahwa puasa dapat mencegah penyakit, baik fisik maupun mental emosional, seks bebas, korupsi, dan ambisi jabatan dengan menghalalkan segala cara. Hanya Allah Yang Mahatahu. ***
TEDDY HIDAYAT, Dr. Sp.K.J. (K)

Penulis, dokter spesialis jiwa.

No comments: