Tuesday, October 09, 2007

mencapai puncak Everest


5 tahun lalu tepatnya tanggal 26 April 1997, tim ekspedisi everest Indonesia berhasil menjadikan Indonesia menjadi Negara pertama dari kawasan tropis, sekaligus negara pertama dari Asia Tenggara yang dapat menginjakkan kakinya di langit dunia, Puncak Gunung Everest, dipegunungan Himalaya (8.848 dpl). Dengan semangat juang yang tinggi, walaupun saat itu hari sudah menjelang petang dan angin bertiup sangat kencang dan udara yang sangat dingin pun tidak terelakan, tetes-tetes air segera berubah menjadi gumpalan es yang membeku. Dan di langitpun terlihat awan hitam bergumpal dipermukaan gunung menandakan akan adanya badai yang segera tiba. Udara yang sangat tipis tetap tidak meruntuhkan jiwa kepahlawanan yang tertanam untuk dapat mengibarkan sang saka merah putih. Dan sang merah putih pun berkibar dengan perkasa, hanya rasa syukur kepada Tuhan YME yang dapat terungkap pada saat itu. Dan itu adalah sebagian kenangan yang tidak akan terlupa, kenangan masa lalu yang akan terus tertanam dalam jiwa mereka yang tergabung dalam Tim Everest Indonesia. "Saya tiba-tiba pingsan ditumpukan salju, mata saya gelap, padahal tripod tempat mengibarkan bendera merah putih tinggal beberapa meter lagi," ujar Lettu Misirin. Disaat yang bersamaan Sertu Asmujiono dengan nafas yang tersengal-sengal berlari-lari melewatinya dan bekibarlah sang saka Merah Putih di Puncak Everest.
Inilah sekelumit cerita yang diungkapkan dua dari tiga pendaki yang mencapai puncak Everest, Asmujiono, Misirin Mereka adalah bagian dari 16 pendaki Indonesia yang mencapai puncak
KEBERHASILAN tim ekspedisi Everest Indonesia tahun 1997 menjadikan Indonesia sebagai negara pertama dari kawasan tropis, sekaligus juga negara dari Asia Tenggara yang mencatat sukses menggapai puncak Everest, di pegunungan Himalaya yang memiliki ketinggian 8.848 meter dari permukaan laut.Saat itu, tanggal 26 April 1997, sinar mentari puncak Everest sedang bergulir menjelang petang. Angin bertiup sangat kencang membawa udara dingin menggigil dan mengubah seketika tetes air menjadi gumpalan es membeku. Awan hitam mulai menggantung di permukaan gunung. Tanda badai akan segera tiba.
Kenangan itu adalah masa lalu. Tergambar jelas di buku setebal 180 halaman yang berjudul Di Puncak Himalaya, Merah Putih Kukibarkan. Kesan yang begitu sulit diungkapkan dengan kata-kata, selain rasa syukur pada Tuhan. Itulah kenangan yang diungkapkan oleh para pendaki, antara lain, Iwan Setiawan, Misirin, dan Asmujiono. Mereka adalah tiga dari 16 pendaki Indonesia yang mencapai puncak
Misirin kembali mengatakan, dirinya tiba-tiba pingsan di tumpukan salju. Tripod tempat mengibarkan bendera di puncak tinggal beberapa meter. "Mata saya tiba-tiba gelap," ujarnya mengenang beberapa jam menuju puncak Everest. Saat itulah, dengan berlari-lari kecil, Asmujiono melewatinya dan berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Everest. Impian itu menjadi nyata.
Puncak Everest adalah "puncak idaman" para pendaki gunung. Kalimat tersebut tidaklah berlebihan. Bagi seorang pendaki gunung sejati, puncak yang berada di pegunungan Himalaya itu merupakan sebuah impian yang bakal terus mengganggu tidurnya. Warnanya yang biru menjulang tinggi dan terkadang disaput salju berwarna putih selalu mengundang pendaki setiap tahun berbondong-bondong ke sana.
Kini, di hari ulang tahun kelima "Merah Putih Berkibar di puncak Everest", mereka mengumpulkan harapan untuk kembali menggapai esok. Walau badai krisis negara ini berlangsung cukup lama, mereka tetap menggantungkan harapan itu di pundak kaum muda sebagai kader penerus

No comments: