Sunday, October 28, 2007

Tradisi Lebaran



TRADISI Lebaran mempunyai akar teologi, jika tradisi itu dimaknai sebagai "sunnah hasanah" atau tradisi yang baik. Nabi mendorong umatnya untuk menciptakan inovasi-inovasi positif dan akan dipahalai inovator tersebut oleh sejumlah orang yang mengikutinya.

Tradisi tersebut tidak ditemukan dalam literatur Islam kontemporer. Istilah itu berawal untuk menyederhanakan teks keagamaan dalam konteks Idul Fitri dan tanpanya tidak ada tradisi yang khas muslim Indonesia itu.

Pengertian tradisi seperti ditulis oleh Muhammad Abed Al Jabiri dalam Al Turats Wal Hadatsah, adalah sesuatu yang hadir dan menyertai kekinian kita yang berasal dari masa lalu kita atau orang lain baik masa lalu jauh maupun dekat.

Karena definisi tradisi sebagai "sesuatu yang hadir, dan menyertai kekinian kita" maka mengangkat dan menyibukkan diri dengan tradisi adalah masalah yang absah dan bisa dibenarkan. Sebab, ia merupakan bagian esensial dari kebutuhan manusia itu sendiri untuk mengkaji dirinya dan mengembangkannya.

Manusia mempunyai tradisi yang erat dengan namanya. Penamaan manusia dengan kata al insan yang terambil dari kata uns yang berarti senang atau harmonis. Kita dapat memahami, pada dasarnya manusia berpotensi untuk menjalin hubungan harmonis terhadap sesamanya. Bila dosa itu dilakukan terhadap sesama manusia maka hubungan tersebut menjadi terganggu dan tidak harmonis. Namun, manusia akan kembali pada posisi semula (harmonis) pada saat dia menyadari kesalahannya dan berusaha mendekati yang pernah dia lukai hatinya.

Dalam momentum Idul Fitri ada sebuah tradisi Lebaran, yaitu menyelesaikan tugas suci pada bulan Ramadan.

Kita telah memiliki dan menambah modal takwa selama Ramadan untuk perjalanan mendatang dengan lapang dada (membuka pintu maaf yang lebar). Itulah sebabnya, Alquran Surah Al A'raf 199 mengajarkan agar seseorang itu memberikan maaf, mengajak kebaikan, serta berpaling dari sikap bodoh.

Namun, tradisi kita pada Idul Fitri adalah saling meminta maaf lahir batin. Apakah ini sejalan dengan pesan Alquran?

Jawablah adalah ya. Meminta maaf merupakan perbuatan mulia karena ada sebuah pesan Nabi bahwa setiap manusia pada dasarnyapembuat kesalahan. Dan, sebaik-baik pembuat kesalahan adalah meminta maaf baik kepada manusia maupun kepada Allah.

Dengan demikian, ada dua indikator tradisi Lebaran selain membayar zakat dan shalat. Pertama, meminta maaf sebagai indikator kemuliaan. Kedua, memberi maaf sebagai indikator kerendahan hati seseorang.

Silaturahmi menempati urutan terdepan dalam tradisi Lebaran di Indonesia. Banyak ongkos yang harus dibayar dalam silaturahmi Lebaran, yaitu pembayaran transportasi atau yang lain-lain. Pada hal silaturahmi itu dapat dilakukan di luar Idul Fitri. Namun, nuansa silaturahmi Lebaran berbeda dari hari biasa.

Sebagai sebuah tradisi, silaturahmi Lebaran mempunyai akar teologi Surah Muhammad 23: ''Jika kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan dan memutuskan hubungan kekeluargaan."

Pesan Tuhan ini disampaikan kepada mereka yang berkuasa karena mereka dapat dengan mudah menggunakan kekuasaan secara berlebihan dan berpaling dari kerabatnya karena terdorong ketamakan duaniawi selain mempunyai akses untuk memberi bantuan. Kata silah dalam bahasa Arab memiliki arti perhubungan, jika dirangkai dengan kata rahim menjadi silaturahim (bentuk baku dalam bahasa Indonesia adalah silaturahmi) merupakan kata majemuk yang melambangkan suatu tujuan memberikan kebajikan, memberikan pertolongan dan pemeliharaan-pemeliharaan terhadap keluarga. Dengan demikian, silaturahmi itu dibangun untuk memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

Sebagai sebuah tradisi Lebaran yang dilakukan umat Islam Indonesia, sesungguhnya dibangun dalam sebuah metodologi. ''Sesuatu yang ditetapkan atas sebuah tradisi nilainya sama dengan ketetapan nash.'' Artinya, pada saat Lebaran jika kita tidak bersilaturahmi kepada orang tua, kerabat, dan sanak saudara, dalam pandangan Alquran termasuk kategori orang yang berhati keras dan membatu. Karena pesan Nabi, yang disebut qothi atau pemutus hubungan silaturahmi adalah orang yang enggan beranjangsih atau bersilaturahmi. (14j)

- Penulis adalah dosen FAI Unissula Semarang.

Tunaikan Zakat Fitri

IBNU Abbas berkata, ''Rasulullah Saw. mewajibkan zakat fitri sebagai pencuci bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan tutur kata yang keji, dan menjadi makanan bagi orang miskin. Barangsiapa menunaikan sebelum shalat id, maka itulah zakat yang diterima. Dan barangsiapa menunaikannya sesudah shalat (id), maka itu suatu sedekah biasa.'' (HR Abu Daud dan Ad-Daraquthni)

No comments: