Thursday, October 04, 2007

Menag: Orang Lain ke Bulan, Indonesia Ngintip Bulan Saja Masih Dipertentangkan


Jakarta-RoL--"Orang Amerika Serikat (AS) sudah menginjak bulan, namun kita mengintip bulan saja masih dipertentangkan," kata Menteri Agama (Menag), M. Maftuh Basyuni, di kediamannya di Jakarta, Kamis malam, tatkala mengomentari masih kuatnya perbedaan Organisasi Massa Islam (OMI) tentang penentuan 1 Syawal 1428 Hijriah atau Lebaran 2007. Pertentangan antar-OMI masih kuat. Muhammadiyah jauh hari sudah mengumumkan bahwa 1 Syawal jatuh pada 12 Oktober 2007, dengan dasar menggunakan metode hisab, sedangkan Nahdlatul Ulama (NU) masih menunggu sidang Isbat yang akan digelar di Departemen Agama (Depag) pada 11 Oktober nanti. Jadi, lanjut menteri, sampai saat ini belum dapat dipastikan jatuhnya 1 Syawal. Pasalnya, karena pemerintah menggunakan metode rukyat dan hisab. Jika pada rapat isbat nanti dilaporkan bahwa hilal tak dapat dilihat, maka puasa Ramadhan dilaksanakan selama 30 hari dan otomatis 1 Syawal jatuh pada 13 Oktober 2007. "Mengapa kedua OMI terbesar di tanah air itu berbeda dalam penentuan 1 Syawal, karena keduanya memiliki metode yang berbeda," kata menteri, dan menambahkan, "Tak aneh, ketika kedua pimpinan OMI tersebut bertemu di kantor Wapres, Jusuf Kalla berkomentar, orang AS sudah ke bulan. Kita ngintip bulan saja masih dipertentangkan." Kendati begitu, Maftuh mengaku gembira, usai kedua pimpinan OMI tersebut bertemu, para pakar astronomi dari kedua OMI membuka diri dan mau bertukar pikiran. Mendiskusikan tentang kalender Masehi, mencari metode yang tepat dan menyamakan terminologi sampai kepada metode yang akan digunakan untuk masa datang. Karena Muhammadiyah sudah menentukan 1 Syawal pada 12 Oktober 2007, tentu hal itu tak akan dapat diubah. "Hal ini sudah terlanjur ditentukan," katanya. Namun demikian Menteri masih dapat berharap bahwa pada sidang Isbat nanti hilal sudah dapat dilihat sehingga pelaksanaan Lebaran dapat dilaksanakan oleh seluruh OMI di tanah air. Kalaupun ada perbedaan, ia berharap pula bahwa perbedaan tersebut jangan dijadikan pertentangan. Maftuh mengimbau semua pihak mau melepaskan segala egois, dan masing-masing pihak menggunakan domir (hati nuraninya) maka akan ditemui titik kesepahaman dalam penentuan 1 Syawal. Dengan begitu, negara Islam lainnya tak lagi merasa heran dengan penentuan Lebaran di Indonesia. Menanggapi kemungkinan berbagai OMI tak juga bersepakat dalam penentuan 1 Syawal dan kemudian Menteri Agama mengambil sikap "keras", Maftuh mengatakan, jika hal itu hendak dilakukan, tentu sudah dilakukan sejak dahulu. "Saya bisa, tapi tak akan hal itu dilakukan," katanya. "Saya tak akan bersikap otoriter. Biarkan masing-masing OMI bertemu dan menemukan titik persamaan," ujar Maftuh. antara/pur

No comments: